Minggu, 05 Februari 2012

Kritik Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Kritik Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Oleh : Tito Cakrabuana

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu organisasi otonom dibawah naungan Muhammadiyah dan kini sudah berumur hampir setengah abad. Organisasi ini selain salah satu basis kader dalam penyempurna amal usaha Muhammadiyah, juga ingin bergerak layaknya gerakan mahasiswa lainnya, seperti HMI, GMNI, KAMMI, dll.

Dengan berbekal triloginya, yaitu intelektual, humanis serta religius, anggota IMM dituntut untuk menjadi kader sempurna yang mampu menjadi problem solving ditengah-tengah ketidak pastian iklim bangsa Indonesia, mulai dari bencana social hingga bencana kemanusiaan.

Tapi yang menjadi pertanyaan saat ini adalah, dengan umur yang hampir setengah abad sudahkah kader-kader jebolan IMM atau yang masih aktif di IMM, mampu menunjukkan ‘Merahnya’ ditengah-tengah masyarakat. Karena dengan system perkaderan yang dirasa saat ini, sepertinya belum bisa memberikan makna yang mendalam bagi calon kader IMM, sehingga tidak sedikit IMMawan/ti yang pernah mengikuti Darul Arqam, kurang memiliki sense IMM dalam dirinya. Itu dapat dilihat dari pola gerakan yang hingga kini tidak tahu arah tujuannya, apakah ingin merubah system serta tatanan yang amburadul saat ini yang harapannya bisa membawa umat kearah lebih baik  atau hanya sekedar lembaga-lemabaga social kemasyarakatan.

Apabila diperhatikan ada beberapa factor yang agaknya membuat pergerakan IMM mandek dan belum bisa menelurkan karya yang betul-betul dirasakan masyarakat. Pertama, dalam berIMM para kader tidak memiliki Khittah perjuangan yang ada dalam IMM sendiri, sehingga banyak anggota IMM merasa absurd dalam bergerak, pokok-pokok dalam melakukan langkah taktis strategis memang belum ada atau memang tidak ada. Karena dalam pergerakan itu saya rasa sangat penting, selain sebagai acuan juga dapat membentuk ciri khas pergerakan kader-kader IMM itu sendiri. Kedua, system perkaderan yang pastinya perlu disempurnakan dengan mengikuti perkembangan jaman, yang dapat disesuaikan dengan pola budaya serta sisi psikologis yang terjadi.

Ketiga, kurangnya jaringan dalam melakukan pergerakan untuk merubah tatanan masyarakat kea rah yang lebih baik, sepengamatan saya, IMM mungkin kurang pandai dalam membangun jaringan, baik itu secara vertical maupun horizontal, terkadang kita teralienasi dengan realitas yang ada. Yang seharusnya kita mampu membaca keadaan dimasyarakat tapi malah disibukkan oleh kegiatan yang bersifat pribadi. Keempat, intervensi dari Muhammadiyah itu sendiri masih dirasa kuat, yang kadang mengekang kita dalam membuat suatu resolusi baru ditengah-tengah isu yang berkembang. Mungkin itu dapat dilihat dari sisi, dimana IMM merupakan ortom dari Muhammadiyah, melihat perlakuan seperti ini mungkin memang suatu keniscayaan tapi apabila IMM ingin maju dan militant IMM seharusnya mampu lepas dari sang ayah.

Mungkin itu beberapa kritik dari hasil pengamatan saya dan hasil diskusi dengan beberapa kawan selama ini dan semoga bisa membangun IMM tercinta kearah yang lebih baik tentunya.
Fastabiqul khairat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar